Selasa, 27 Mei 2014

Manfaat dan Hikmah Berwudu

Manfaat dan Hikmah Berwudu

Manfaat dan Hikmah Berwudu

Barra’ bin Azib meriwayatkan Nabi Saw. bersabda, “Apabila engkau hendak tidur, berwudulah seperti wudu hendak shalat. Sesudah itu berbaring kekanan dan bacalah, ‘Ya Allah, kuserahkan diriku kepada-Mu, kuserahkan segala urusanku kepada-Mu, aku berlindung kepada-Mu dengan berharap-harap cemas. Tidak ada tempat berlindung dan tempat mencari keselamatan kecuali kepada-mu. Ya Allah, aku percaya dengan kitab yang Engkau turunkan, dan kepada Nabi yang Engkau utus.’ Kalau kamu mati malam itu, maka kamu mati dalam keadaan muslim. Dan jadilah doa itu sebagai akhir pembicaraanmu,” (HR Bukhari).

Pernyataan Nabi Saw. dalam hadis itu jelas memberikan pengertian bahwa berwudu bukan hanya digunakan untuk menghadap Allah dalam shalat, tapi juga ketika akan tidur. Karena secara primordial, kita berada dalam kesucian, dan bahkan dengan tegas kita menyatakan di alam azalibahwa mengakui Allah sebagai Tuhan. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak berkata, ‘Sungguh kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah ini (keesaan Allah),’” (QS Al-A’raf[7]: 172). Jadi jelas, asal kita suci, dan Rasulullah Saw. menghendaki kalau kita mati dalam tidur, maka kita mati dalam keadaan suci (punya wudu).

Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah Saw. bersabda, “Pada Hari Kiamat, umatku dipanggil dengan “ghurram muhajjalin”, karena bekas wudunya (yang bercahaya). Siapa yang ingin memanjangkan ghurram-nya, silahkan lakukan,” (HR Bukhari).

Siapa yang berwudu (untuk mendapatkan) kesucian, maka Allah akan menetapkan baginya dengan sepuluh kebaikan,” (HR Abu Daud).

Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah Saw. bersabda, “Seseorang senantiasa dianggap seperti dalam keadaan shalat asal dia tidak berhadas.” Seseorang bertanya, “Apakah arti hadas itu, Abu Hurairah?” “Buang angin,” jawab Abu Hurairah. (HR Bukhari).

Humran, bekas budak Utsman bin Affan mengabarkan, bahwa Utsman bin Affan meminta seember air untuk berwudu. Dia menuangkan air itu ketangannya dan membasuh telapak tangannya 3 kali. Kemudian dia memasukkan tangan kanannya ke dalam air, lalu berkumur-kumur dan membersihkan hidung, dan menghirup air ke hidung dan menyemburkannya kembali. Kemudian dia membasuh mukanya 3 kali, membasuh kedua tangannya hingga siku 3 kali. Kemudian dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, ‘Siapa berwudu seperti wuduku ini, kemudian shalat (sunah wudu) dua rakaat dengan khusyu’, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu,’ (HR Bukhari).

Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila seseorang menyempurnakan wudunya kemudian berdoa, ‘Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, tidak ada seku bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.’ Baginya dibukakan delapan pintu surga dan ia bisa masuk melalui pintu manapun yang ia kehendaki,” (HR Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi).

Rasulullah Saw. juga bersabda, “Siapa yang berwudu dengan sempurna pada hari Jumat, lantas mendatangi shalat Jumat, mendengarkan khutbah, dan diam (ketika khutbah dibacakan), maka dosanya diampuni hingga hari Jumat berikutnya serta ditambah tiga hari lagi. Dan siapa yang memegang kerikil (bermain-main), maka ia seperti berkata sia-sia,” (HR Musllim dan Ahmad).




Referensi : M.Abd.Syukur, M.Muslih Aziz, M.Syamsul Yakin (2007), 7 Sunnah Harian Nabi Saw. Menjadikan Hidup Lebih Bermakna dengan Amalan Sederhana, PT Mizan Publika, Jakarta Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label