Manfaat dan Hikmah Berwudu
Manfaat dan Hikmah Berwudu
Barra’ bin Azib
meriwayatkan Nabi Saw. bersabda, “Apabila
engkau hendak tidur, berwudulah seperti wudu hendak shalat. Sesudah itu
berbaring kekanan dan bacalah, ‘Ya Allah, kuserahkan diriku kepada-Mu,
kuserahkan segala urusanku kepada-Mu, aku berlindung kepada-Mu dengan
berharap-harap cemas. Tidak ada tempat berlindung dan tempat mencari
keselamatan kecuali kepada-mu. Ya Allah, aku percaya dengan kitab yang Engkau
turunkan, dan kepada Nabi yang Engkau utus.’ Kalau kamu mati malam itu, maka
kamu mati dalam keadaan muslim. Dan jadilah doa itu sebagai akhir pembicaraanmu,”
(HR Bukhari).
Pernyataan Nabi Saw. dalam
hadis itu jelas memberikan pengertian bahwa berwudu bukan hanya digunakan untuk
menghadap Allah dalam shalat, tapi juga ketika akan tidur. Karena secara
primordial, kita berada dalam kesucian, dan bahkan dengan tegas kita menyatakan
di alam azalibahwa mengakui Allah sebagai Tuhan. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman), ‘Bukankah Aku Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari
Kiamat kamu tidak berkata, ‘Sungguh kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah ini (keesaan Allah),’” (QS Al-A’raf[7]: 172). Jadi jelas, asal kita suci,
dan Rasulullah Saw. menghendaki kalau kita mati dalam tidur, maka kita mati
dalam keadaan suci (punya wudu).
Abu Hurairah meriwayatkan
Rasulullah Saw. bersabda, “Pada Hari
Kiamat, umatku dipanggil dengan “ghurram muhajjalin”, karena bekas wudunya
(yang bercahaya). Siapa yang ingin memanjangkan ghurram-nya, silahkan lakukan,”
(HR Bukhari).
“Siapa yang berwudu (untuk mendapatkan) kesucian, maka Allah akan
menetapkan baginya dengan sepuluh kebaikan,” (HR Abu Daud).
Abu Hurairah meriwayatkan
Rasulullah Saw. bersabda, “Seseorang
senantiasa dianggap seperti dalam keadaan shalat asal dia tidak berhadas.” Seseorang
bertanya, “Apakah arti hadas itu, Abu Hurairah?” “Buang angin,” jawab Abu
Hurairah. (HR Bukhari).
Humran, bekas budak Utsman
bin Affan mengabarkan, bahwa Utsman bin Affan meminta seember air untuk
berwudu. Dia menuangkan air itu ketangannya dan membasuh telapak tangannya 3
kali. Kemudian dia memasukkan tangan kanannya ke dalam air, lalu berkumur-kumur
dan membersihkan hidung, dan menghirup air ke hidung dan menyemburkannya
kembali. Kemudian dia membasuh mukanya 3 kali, membasuh kedua tangannya hingga
siku 3 kali. Kemudian dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, ‘Siapa berwudu
seperti wuduku ini, kemudian shalat (sunah wudu) dua rakaat dengan khusyu’,
niscaya diampuni dosanya yang telah lalu,’ (HR Bukhari).
Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila seseorang menyempurnakan wudunya
kemudian berdoa, ‘Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, tidak ada seku
bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.’ Baginya
dibukakan delapan pintu surga dan ia bisa masuk melalui pintu manapun yang ia
kehendaki,” (HR Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi).
Rasulullah Saw. juga
bersabda, “Siapa yang berwudu dengan
sempurna pada hari Jumat, lantas mendatangi shalat Jumat, mendengarkan khutbah,
dan diam (ketika khutbah dibacakan), maka dosanya diampuni hingga hari Jumat
berikutnya serta ditambah tiga hari lagi. Dan siapa yang memegang kerikil
(bermain-main), maka ia seperti berkata sia-sia,” (HR Musllim dan Ahmad).
Referensi
: M.Abd.Syukur, M.Muslih Aziz, M.Syamsul Yakin (2007), 7 Sunnah Harian Nabi
Saw. Menjadikan Hidup Lebih Bermakna dengan Amalan Sederhana, PT Mizan Publika,
Jakarta Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar