Manfaat dan Hikmah dari Shalat Duha Setiap Pagi Hari
Manfaat dan Hikmah dari Shalat Duha Setiap Pagi Hari
Secara praktis shalat duha dan segala yang melngkupinya di sandarkan atas apa yang dilakukan Nabi Saw. Nabi melakukannya tidak hanya ketika dirumah, tetapi ketika dalam perjalanan. Nabi
Saw. mencontohkan bilangan rakaat shalat duha seperti yang dilakukannya,
yaitu dua hingga dua belas rakaat. Menurut belaiu, shalat duha bukan
semata-mata meminta harta, tetapi, “Shalat
duha adalah shalatnya orang-orang yang senantiasa kembali kepada Allah,” (HR
Thabrani). Dan dalam hadis lain, “Kekasihku
Muhammad Saw. telah berwasiat kepadaku tiga hal, yang sejak itu aku tidsk
pernah meninggalkannya. Pertama, hendaklah aku tidak tidur sebelum mengerjakan
shalat witir. Kedua, hendaknya aku tidak meninggalkan dua rakaat shalat duha,
kaena shalat duha adalah shalatnya awwabin (orang-orang yang bertaubat kepada
Allah serta meninggalkan maksiat). Ketiga, hendaklah aku berpuasa tiga hari
dalam satu bulan,” (HR Tirmidzi dan
Nasa’i).
Nabi
Saw. menegaskan kembali, “Siapa berdiri
ketika matahari menampakkan diri lalu berwudhu dengan sempurna, kemudian
melakukan shalat duha dua rakaat, maka diampunilah segala dosanya. Dia kembali
bersih dari segala dosa seperti ketika dilahirkan ibunya,” (HR Abu Ya’la).
Dampak
positidf dari melaksanakan shalat duha diantaranya yaitu, Pertama, dengan
shalat duha kita mampu membedakan antara pendusta dengan orang yang benar. Kita
jangan sampai tertipu oleh penampilan atau kata-kata yang manis. Kalau selama
ini kita masih tertipu dengan pendusta, mungkin salah astu penyebabnya kita
masih suka berdusta. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk kita tidak menilai
seseorang hanya dari penampilannya saja, sehingga pendusata tidak kita katakan
orang yang benar dan orang benar tidak kita anggap sebagai pendusta.
Kedua,
dengan shalat duha kita mampu menggusur sikap inkonsistensi. Ketika kita
membela pengkhianat sebagai seorang yang amanah untuk memperoleh keuntungan
pribadi, sebenarnya kita tengah memutar balikkan dan menghancurkan kebenaran. Kita
harus berani berpihak pada mereka yang amanah, kendati kita adalah orang yang
akan menanggung kerugian. Kit tidak boleh memanfaatkan kebaikan atau keburukan
oarang untuk meraih ambisi pribadi. Kita juga tidak boleh mempengaruhi orang
agar sesuai dengan yang kita maksudkan. Apalagi menggiring mereka yang amanah
menjadi para pendusta.
Ketiga,
dengan shalat duha mari kita koreksi diri. Sungguh malu rasanya bila yang
dimaksud sebagai ruwaibidhah (orang bodoh
yang berbicara tentang urusan umat, (HR Ibnu Majah)) adalah kita sendiri. Betapa tidak, selama ini kita sudah terlalu
sering berbicara di muka umum tentang urusan publik. Lalu mengkritik rakyat,
menolak kebijakan pemerintah, dan menghakimi agama sebagai penghambat kebebasan
berfikir. Bahkan kita sering berbicara lantang untuk mengobarkan semangat
juang, padahal diri kita kerdil dan nyali kita kecil. Pengetahuan kita dangkal.
Sedangkan yang kita utarakan hanya memperkeruh keadaan, membuat publik gusar,
dan sama sekali tidak bermanfaat.
Referensi
: M.Abd.Syukur, M.Muslih Aziz, M.Syamsul Yakin (2007), 7 Sunnah Harian Nabi
Saw. Menjadikan Hidup Lebih Bermakna dengan Amalan Sederhana, PT Mizan Publika,
Jakarta Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar